Langsung ke konten utama

Sang Pahlawan dan Pemberontak

Kali ini ia telah menjadi bagian dari perjalananku. Membakar habis energi dalam tubuh ini. Mentatih jiwaku untuk terus bersembunyi dalam kenyataan yang ada. Ia telah membangkitkan rasa untuk berterus terang bahwa hidup ini fana, bahwa jiwa ini tak luput dari kekuasaan-Nya. Aku berjuang bersamanya bahkan sangat percaya padanya dan akhirnya terpakulah aku pada pendiriannya. Awalnya aku sangat takut menduakan yang lain, takut akan jiwa yang tergoncang karena amanah-amanah yang dia berikan. Ya, inilah jalanku. Memutuskan sendiri akan kehidupan di bawah perisainya.
Di tengah ketidakpastian itu, hadir seorang jiwa yang senantiasa memberikanku kekuatan. Aku tahu kekuatan yang luar biasa itu datang dari-Mu ya Rabbi dan Kau anugerahkan kekuatan itu pada jiwa yang elok ini, jiwa yang baru hadir di hidupku. Perkenalan yang baru beberapa bulan tak membuat aku lama mengenal sosoknya. Dialah yang menemaniku dalam kegalauan ini. Aku juluki dia “Sang Pemberontak yang Diam”. Ada apa dengan julukan itu? Mungkin kau akan tahu setelah kami berdua mau mengakuinya.
Kau tahu? Hidup ini aneh, awalnya aku berkata ya… tapi entah mengapa kali ini aku berkata tidak… Jadilah aku seorang “Pahlawan dan Pemberontak”. Tak tahu kenapa mungkin aku begitu berharga bagi mereka. Tapi maaf… Maaf aku harus keluar dari haluan kalian semua. Aku mengalah, menghentikan semua langkah untuk bertahan. Maaf, aku tak bisa melanjutkan ini kawan. Mungkin yang dapat aku lakukan adalah menyelesaikan amanahku dengan sebaik mungkin meski aku tak kan lagi menyandang kalimat itu, harapan itu, dan julukan itu.
   
1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
2. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu
4. Dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)
5. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Celupkan Jarimu Ke Air Lautan (Taufiq Ismail)

Bertanya seseorang pada junjungan kita; Wahai Rasulullah tercinta Bandingkan dunia kini dengan akhirat nanti Menjawab Rasulullah Sallallahu’alaihiwassalam; Celupkan jarimu ke air lautan Air yang menetes dari ujung jarimu Itulah dunia seisinya Air yang selebihnya di lautan Air yang seluruh di samudra Itulah akhirat nanti Wahai alangkah kecil arti dunia Wahai alangkah kerdil arti dunia Wahai alangkah remeh arti dunia Wahai alangkah wahai Tak berartinya dunia Yang mengejar akhirat Akan mendapatkan akhirat dan dunia Yang mengejar dunia Cuma mendapat dunia

Komik Anti Pacaran

Ini komik recommended banget! Baca aja pasti semakin mantep buat nggak pacaran, yang udah terlanjur masih ada kesempatan kok untuk memperbaiki diri :) Taken from  http://www.ngomik.com/chapter/20536/masihkah-ingin-pacaran/read?page=1 Klik gambar untuk memperbesar.