Di hari yang sungguh mulia ini, ketika para hamba berkumpul di rumah Engkau memanjatkan doanya padaMu di, ketika langit gelap dan sekuntum mawar muda yang tak terbantahkan kuncupnya, dan ketika kami berbahagia, sungguh berbahagia.
Baru kemarin kami menikmati kebahagiaan itu. Menambah pesona alam dengan untaian doa dalam sujud kami di pagi hari, ditemani ribuan titik hujan yang siap melahap butir-butir benih tanaman yang siap dipanen. Kami hadir dengan perasaan yang luar biasa takutnya. Takut? Ya, takut akan kesalahan kami ketika tidak kami jadikan hari itu sebagai hari yang sungguh berbahagia.
KeagunganMu tertorehkan, membekas di hati sanubari insan yang senantiasa berlafal “Allahu akbar walillaahilhamd” Dan segala puji bagi Allah. Takbir pertama begitu menyejukkan, membawa urat-urat nadi dalam kedamaian, takbir kedua, ketiga, ... dan tibalah saat ayat suci Engkau dilantunkan. Kami tunduk, berjuta kepulan dosa telah mengiringi perjalanan kami, tapi Engkau selalu memberikan yang terbaik untuk kami. Tak terbendung perasaan itu, keluarlah sudah benih air mata kegalauan kami, ayat-ayatMu membuat kami lemah, lemah akan kekuatan nafsu duniawi yang seakan membawa kami pada jurang kenistaan.
Hari yang bahagia ini, mengiringi perjalanan kami menuju kesadaran. Berbondong nafsu jiwa akan harta lenyaplah sudah. Pada hari di mana Engkau siapkan kami menjadi sosok indah berbudi perkerti. Kau hindarkan kami dari sifat khayawaniyah. Membawa kami menuju alam pengabdian.
Qurban, makna terpenting ada dalam diri kami. Simbol kecintaan dan pengorbanan kami kepadaMu ya Rabb. Mengingatlah kami tentang kisah Ibrahim as beserta putera sholehnya, Ismail as. Tak disangka, seorang anak yang dinantikan kehadirannya, yang dinantikan adanya harus ia relakan. Ibrahim, bapak para nabi. Kesabarannya, ketaatannya, dan kemuliaannya membawa dirinya mampu mengekang nafsu duniawi. Merebahkan Ismail dan siap untuk ia sembelih, anaknya sendiri, belahan jiwanya. Namun, pengorbanan atas kecintaan kepada Allah tak mungkin sia-sia. Tergantikannya Ismail dengan seekor kambing membawa Ibrahim pada titik tertinggi terhadap Tuhan-Nya. Allah lah pemilik segalanya, Yang Maha Tahu, Yang Maha Tinggi.
Luar biasa, cinta itu memang ada di setiap hati manusia. Cinta dan pengorbanan, dua kata yang saling melengkapi tuk jadikan rangkaian indah petualangan untuk-Nya. Anak, istri, dan harta yang dicintai adalah milik Allah. Semua tentu akan kembali pada Allah. Namun siapa sangka jika Allah menguji kesetiaan hambaNya dengan pertaruhan harta yang kita cintai? Qurban adalah momentum pengabdian cinta kita untukNya, cinta dan pengorbanan untuk menjadi seseorang yang mulia di hadapanNya. Suatu momen yang telah Allah berikan sebagai ladang kesempatan kita untuk menunjukkan jati diri kita sebagai seorang hamba yang taat.
“Belum sempurna iman seseorang sampai ia mencintai sesuatu yang diperlukan saudaranya sebagaimana mencintai sesutau untuk kepentingan dirinya sendiri” (HR Muslim diriwayatkan Anas bin Malik)
Wallahu alam bis showab
Komentar
Posting Komentar