Kali ini ia telah menjadi bagian dari perjalananku. Membakar habis energi dalam tubuh ini. Mentatih jiwaku untuk terus bersembunyi dalam kenyataan yang ada. Ia telah membangkitkan rasa untuk berterus terang bahwa hidup ini fana, bahwa jiwa ini tak luput dari kekuasaan-Nya. Aku berjuang bersamanya bahkan sangat percaya padanya dan akhirnya terpakulah aku pada pendiriannya. Awalnya aku sangat takut menduakan yang lain, takut akan jiwa yang tergoncang karena amanah-amanah yang dia berikan. Ya, inilah jalanku. Memutuskan sendiri akan kehidupan di bawah perisainya. Di tengah ketidakpastian itu, hadir seorang jiwa yang senantiasa memberikanku kekuatan. Aku tahu kekuatan yang luar biasa itu datang dari-Mu ya Rabbi dan Kau anugerahkan kekuatan itu pada jiwa yang elok ini, jiwa yang baru hadir di hidupku. Perkenalan yang baru beberapa bulan tak membuat aku lama mengenal sosoknya. Dialah yang menemaniku dalam kegalauan ini. Aku juluki dia “Sang Pemberontak yang Diam”. Ada apa dengan julukan itu?...
Pahitnya dunia, manisnya akhirat