Langsung ke konten utama

Saat ingin menyalahkan orang lain

Beberapa masalah yang saya hadapi belakang ini, rupanya adalah ujian bagi kesabaran saya. Tak elok menyalahkan orang lain, bukankah semua ini tentang takdir?
Takdir Allah yang terbaik, takdir Allah yang terbaik, takdir Allah yang terbaik.
Mungkin di balik semua ini, ada ibadah yang terlewatkan, ada nafsu yang tak kunjung dibendung, ada ambisi yang tak terselip dalam doa, ada air mata yang tertahan...
Pun tiba-tiba saya membaca sebuah pesan di grup (yang biasanya terlewat). Sebuah cerita dari seorang Sandiaga Uno dari seorang penulis tanpa nama :

Aku ingat Januari lalu, kami rapat kecil dengan Mas Sandi di Eksekutif Lounge Bandara Adi Sucipto sehabis dia ngisi seminar di UGM, makanan dan minuman terhidang di meja, kami berebutan mengambilnya, Mas Sandi tidak menyentuhnya karena sedang puasa. 

“Mas... Apa yang bikin Mas Sandi tetap konsisten dalam ibadah mas? Dirimu dah super saksess, tapi aku pernah baca puasa Daud masih rutin mas Sandi lakukan, Sholat Dhuha juga gak pernah putus... Maluuuu aku mas kalo lihat ibadahmu, kok bisa dirimu seperti itu” kataku penuh tanya.

Mas Sandi tersenyum, kepala plontosnya oleh-oleh umroh tampak lucu malam itu.
“jadi begini, ibadah itu kalo sudah rutin kita lakukan bukan lagi menjadi sebuah kewajiban tapi menjadi sebuah kebutuhan. 

Jadi kalo aku gak sholat dhuha aja sekali, tiba-tiba ada sesuatu yang hilang. Aneh rasanya... walaupun itu Sunnah jadi terasa wajib.

Dan aku ngerasain sekali hikmahnya, sudah 7-8 tahun ini aku rutin aku lakukan, rejeki itu seperti gak aku cari, semua datang sendiri.. seperti dianter rejeki itu” Mas Sandi mulai bercerita.

“Dhuha mu berapa rakaat mas?” tanyaku lagi
“delapan Insya Allah..” Jawab Mas Sandi singkat.

“aku juga sering banget merasa diselamatkan oleh Allah dengan banyak kejadian-kejadian yang tidak berhasil aku dapatkan.

Dulu aku pernah dicalonin jadi bendahara Partai Demokrat lho, waah kalo sampai kejadian maluuu wajah kita sekarang muncul di koran-koran, pasti ikut keseret-seret yang begituan! Hehehe... “ lanjut Mas Sandi.

“Jadi benar itu, sesuatu yang kita anggap baik buat kita, belum tentu baik di mata Allah! Dan aku banyaaak banget ngalami, sehingga aku merasa justru aku diselamatkan oleh Allah ketika aku tidak mendapatkannya...”


MasyaAllah, begitu indah rencana Allah. Betapa besar karunia Allah setelah perintah-Nya kita langgar bahkan panggilan-Nya tak kita perdengarkan. Ya Rahmaan, Ya muqollibal qulub, tsabbit qolbi ala diinik!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Celupkan Jarimu Ke Air Lautan (Taufiq Ismail)

Bertanya seseorang pada junjungan kita; Wahai Rasulullah tercinta Bandingkan dunia kini dengan akhirat nanti Menjawab Rasulullah Sallallahu’alaihiwassalam; Celupkan jarimu ke air lautan Air yang menetes dari ujung jarimu Itulah dunia seisinya Air yang selebihnya di lautan Air yang seluruh di samudra Itulah akhirat nanti Wahai alangkah kecil arti dunia Wahai alangkah kerdil arti dunia Wahai alangkah remeh arti dunia Wahai alangkah wahai Tak berartinya dunia Yang mengejar akhirat Akan mendapatkan akhirat dan dunia Yang mengejar dunia Cuma mendapat dunia

Komik Anti Pacaran

Ini komik recommended banget! Baca aja pasti semakin mantep buat nggak pacaran, yang udah terlanjur masih ada kesempatan kok untuk memperbaiki diri :) Taken from  http://www.ngomik.com/chapter/20536/masihkah-ingin-pacaran/read?page=1 Klik gambar untuk memperbesar.