Langsung ke konten utama

Catatan 30 - Daun Meranggas

Waktu benar-benar berjalan cepat. Tanpa terasa, usia saya genap 30 tahun. Saya sudah tidak ingat lagi kapan memulai menulis di blog ini, mungkin 10 tahun lalu? Hal yang saya ingat adalah, setiap saya mendapati kesulitan, saya menulis, dan kesulitan saya kemudian berakhir. Selalu ada jalan keluar, itulah nikmat Allah yang begitu besar untuk saya. Saya meyakini bahwa beban, masalah, ujian yang Allah berikan pasti sudah terukur kadarnya.

Saya menulis tulisan ini di jam istirahat, di tempat di mana saya memulai masa dewasa saya. Tidak terbayang saya akan di sini, mendapatkan pekerjaan yang dari dulu saya impikan. Kalau kata Ibu, hobi saya itu sekolah. Dan Allah yang Maha Baik memberikan saya pekerjaan yang seperti "sekolah", belajar setiap saat.

Ah ngomong-ngomong apa kabar Ibu? Saya dulu berkelakar kepada Ibu, "Ibu, nanti kalau sudah saatnya saya bekerja, saya mau mencari pekerjaan sendiri". Saat itu saya setengah bercanda, tapi setengh serius untuk tidak menggantungkan masa depan pada Ibu. Waktu itu saya berpikir, tidak terlalu sulit mendapatkan pekerjaan lewat relasi Ibu, mengingat saya dan Ibu berkecimpung di dunia yang sama. Tapi rupanya, kelakar saya waktu itu dikabulkan Allah. Ibu saya berpulang sebelum saya mendapatkan pekerjaan. Empat bulan setelah Ibu berpulang, saya mendapat pekerjaan ini. Tanpa relasi Ibu. Tetapi saya yakin doa yang Ibu panjatkan selama hidup adalah relasi yang sebenernya, dengan Allah.

Awal bekerja tentu tidak terlalu mudah untuk saya. Pengalaman pertama bagi saya masuk ke sebuah kantor tanpa ada embel-embel anak Ibu. Ah, saya yang waktu itu begitu egois sampai harus ditegur atasan. Ditegur di depan khalayak orang banyak, siapa yang tidak terkejut?  Rupanya saya baru sadar, selama ini saya memang selalu diistimewakan. Ibu memang selalu mewanti-wanti saya agar jangan jadi orang cuek. Tapi saya yang terlalu egois ini, tidak pernah mengerti maksud Ibu. Teguran dari atasan itu membuat saya banyak berintropeksi diri. Saya mulai memperbaiki diri dan akhirnya mendapat tanggapan positif.

Begitulah hidup, tidak ada yang pernah tahu akhirnya. Tugas kita sebagai manusia hanyalah berdoa dan berikhtiar. Hati yang tulus dan ikhlas adalah kunci dari segalanya. Satu hal yang selalu berusaha saya ingat adalah adalah Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Saya melihat ke jendela dan rupanya daun-daun ketapang mulai berwana jingga dan meranggas. Seperti daun yang meranggas, terkadang kita harus "merelakan" sesuatu agar bisa bertahan, berubah, dan tumbuh lebih kuat di masa depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Celupkan Jarimu Ke Air Lautan (Taufiq Ismail)

Bertanya seseorang pada junjungan kita; Wahai Rasulullah tercinta Bandingkan dunia kini dengan akhirat nanti Menjawab Rasulullah Sallallahu’alaihiwassalam; Celupkan jarimu ke air lautan Air yang menetes dari ujung jarimu Itulah dunia seisinya Air yang selebihnya di lautan Air yang seluruh di samudra Itulah akhirat nanti Wahai alangkah kecil arti dunia Wahai alangkah kerdil arti dunia Wahai alangkah remeh arti dunia Wahai alangkah wahai Tak berartinya dunia Yang mengejar akhirat Akan mendapatkan akhirat dan dunia Yang mengejar dunia Cuma mendapat dunia

Komik Anti Pacaran

Ini komik recommended banget! Baca aja pasti semakin mantep buat nggak pacaran, yang udah terlanjur masih ada kesempatan kok untuk memperbaiki diri :) Taken from  http://www.ngomik.com/chapter/20536/masihkah-ingin-pacaran/read?page=1 Klik gambar untuk memperbesar.

Baca Buku

Akhir-akhir ini terasa ada yang mengganjal. Saya merasa jadi orang yang "nggak dan malas berprogress". Rutinitas ke kampus (masuk laboratorium, mengerjakan proposal, atau sekedar ngobrol kesana-sini) membuat diri ini jadi orang yang "stagnan", "biasa-biasa aja". Baru tadi siang saya pergi ke Klinik (ketemu dokter ganteng hehe), rasa lelah dan mumet lumayan sudah hilang di sore ini. Entah karena the miracle of doctor atau efek obatnya (yang benar semua karena kehendak Allah hehe). Baiklah, sore ini saya memutuskan pergi ke Perpustakaan Alternatif Kota Yogyakarta (Pervita). Saya menulis ini di perpustakaan setelah usai mengirim Rancangan Anggaran Belanja untuk proposal tesis yang diajukan ke universitas.Ya begitulah, menjadi mahasiswa pascasarjana nggak semudah yang dibayangkan. Teringat dokter tadi siang berkata "Cuma kelelahan aja, istirahat yang cukup". Padahal aslinya, saya bukan tipe-tipe yang mau nglembur, hanya sesekali dalam seminggu tid...