Dahulunya masyarakat memandang bahwa setiap bencana yang ada (termasuk gagal panen) adalah kemurkaan dewa, Tuhan maupun keberadaan makhlus halus. Tidak heran jika banyak masyarakat yang melakukan ritual-ritual untuk mengusir para roh jahat.
Seiring waktu, hal tersebut dibantah oleh ilmu pengetahuan masa kini yang membuktikan adanya suatu "makhluk halus" yang lain, bukan suatu roh jahat seperti persepsi masyarakat. Memang sih, percaya sama adanya roh halus atau roh jahat jelas hukumnya syirik.
Namun akibatnya, banyak masyarakat ilmuwan kemudian menganggap rendah orang--orang yang masih menganggap bahwa kegagalan panen adalah akibat roh jahat. Lebih ekstrim lagi, banyak ilmuwan yang menganggap hal tersebut bukanlah kemurkaan Tuhan seperti yang dipercayai masyarakat.
Lalu, bagaimana Islam memandang?
Setiap musibah yang diberikan Alloh kepada hambanya bukanlah tanpa sebab. Memang kemudian ada suatu "perantara" yang menyebabkan musibah tersebut, seperti hama, penyakit dan bencana alam. Namun sejatinya musibah datang dari sang pencipta yang paling haq, Allah subhanu wata'ala.
Mari merenungi firman Allah ini
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ (١٧) وَلا يَسْتَثْنُونَ (١٨) فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ (١٩)فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ (٢٠) فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ (٢١) أَنِ اغْدُوا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ (٢٢) فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ (٢٣) أَنْ لا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ (٢٤)وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِينَ (٢٥) فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ (٢٦)بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ (٢٧) قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلا تُسَبِّحُونَ (٢٨) قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (٢٩) فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلاوَمُونَ (٣٠) قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ (٣١) عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُونَ (٣٢) كَذَلِكَ الْعَذَابُ وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (٣٣)
Surat Al Qalam Ayat 17-33
17. Sungguh, Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil)nya pada pagi hari,
18. tetapi mereka tidak menyisihkan (dengan mengucapkan, “Insya Allah”),
19. Lalu kebun itu diliputi bencana (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur,
20. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita,
21. lalu pada pagi hari mereka saling memanggil.
22. "Pergilah pagi-pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik hasil.”
23. Maka mereka pun berangkat sambil berbisik-bisik.
24. "Pada hari ini jangan sampai ada orang miskin masuk ke dalam kebunmu.”
25. Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).
26. Maka ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata, "Sungguh, kita ini benar-benar orang-orang yang sesat,
27. bahkan kita tidak memperoleh apa pun.”
28. Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu)?"
29. Mereka mengucapkan, "Mahasuci Tuhan kami, sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim.”
30. Lalu mereka saling berhadapan dan saling menyalahkan.
31. Mereka berkata, "Celaka kita! Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas.
32. Mudah-mudahan Tuhan memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada yang ini, sungguh, kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.”
33. Seperti itulah azab (di dunia). Dan sungguh, azab akhirat lebih besar sekiranya mereka mengetahui.
--------------------
Setiap musibah adalah sebuah pertanda, signal dari Allah. Sudahkah kita memahaminya? Semoga kita termasuk orang-orang yang beriman.
Sudah merenungi kuasa Allah hari ini?
#mari #berpikir
Komentar
Posting Komentar