Cita-cita dan harapan, dua kata yang hampir bermakna sama. Saya lebih suka menyebutnya dengan cita-cita. Cita-cita dahulu dan kini memang bisa berbeda. Jika dahulu saya punya cita-cita untuk menjadi seorang dokter, maka hari ini saya tinggikan cita-cita saya, menjadi cita-cita yang menurut saya banyak ditinggalkan kaum anak-anak dan kaum dewasa saat ini. Ya, saya bercita-cita menjadi Doktor kemudian Professor! Mengapa saya bisa berkata bahwa cita-cita ini tidak banyak dilirik orang? Beberapa pekan lalu, saya hadir dalam sebuah forum mahasiswa. Setiap mahasiswa mengungkapkan cita-citanya. Saya waktu itu mendapat giliran terakhir setelah 20-an orang menyatakan cita-citanya. Tidak ada satupun cita-cita yang sama. Coba tebak, apa cita-cita mereka semua? Hampir semua bercita-cita sebagai seorang wirausahawan di bidang pertanian dan kuliner, sebagian lagi bercita-cita sebagai politisi dan menteri, bahkan istri menteri. Semua cita-cita yang dahulu sempat menggayut dalam pikiran saya. ...
Pahitnya dunia, manisnya akhirat