Terkadang atau selalu –bahkan- kita harus mengerti bahwa
hidup nggak mungkin selalu ‘mulus’. Alhamdulillaah Allah menyadarkan saya
dengan nilai rapor yang cukup tidak memuaskan. Awalnya shock, bingung, dan
bertanya ‘why did I get those scores?’. Saya baru sadar kalau saya nggak pernah
punya niat untuk berbuat kesalahan di kelas, seperti kata pepatah ‘kalau kita
berteman dengan penjual minyak wangi maka tubuh kita akan menjadi wangi pula’.
That was being in my life (yesterday, yesterday not tomorrow insyaAllah). Sudahlah
lupakan kebodohan di masa lalu. Tapi tenang Pak KPK, saya nggak mau korupsi
meskipun sebiji sawi. #Njuk?
Keadaan ini sempat buat saya menurunkan standar buat masuk
perguruan tinggi. Pesimis pasti ada karena nilai rapor semester ini yang paling
menentukan. Tapi kalau dipikir-pikir buat apa kita berpesimis, bukankah Allah
Maha Segalanya? Tanah yang tandus bisa menjadi subur dengan kehendak-Nya dan
satu yang mungkin kita lupakan. Bahwa tanah yang subur dan siap akan dipanen
oleh para pemiliknya esok pagi, bisa saja musnah dalam sekejap atas
kehendak-Nya.
Allah ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an
Surat Al-Qalam ayat 17-33 yang artinya
17. Sesungguhnya
Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai
pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh
akanmemetik (hasil)nya di pagi hari,
18. Dan mereka
tidak menyisihkan (hak fakir miskin),
19. Lalu kebun itu
diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur,
20. Maka jadilah
kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.
21. Lalu mereka
panggil memanggil di pagi hari:
22. "Pergilah
diwaktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya".
23. Maka Pergilah
mereka saling berbisik-bisik.
24. "Pada
hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu".
25. Dan
Berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin)
Padahal mereka (menolongnya).
26. Tatkala mereka
melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar
orang-orang yang sesat (jalan),
27. Bahkan kita
dihalangi (dari memperoleh hasilnya)".
28. Berkatalah
seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: "Bukankah aku telah
mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?"
29. Mereka
mengucapkan: "Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang
yang zalim".
30. Lalu
sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela.
31. Mereka
berkata: "Aduhai celakalah kita; Sesungguhnya kita ini adalah orang-orang
yang melampaui batas".
32. Mudah-mudahan
Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada
itu; Sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dati Tuhan kita.
33. Seperti Itulah
azab (dunia). dan Sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.
MasyaAllah! Andaikan saja setiap mereka yang
berniat untuk melakukan korupsi -atau apa itu namanya- lalu membaca surat ini,
sungguh mereka akan sadar bahwa hal yang akan mereka lakukan adalah perbuatan
yang sia-sia. Ketika kita mempunyai suatu hasil yang memuaskan tetapi tanpa
didasari rasa syukur, ikhlas, apalagi dengan cara yang tidak baik. Kebahagiaan
hanya akan menjadi awal yang menghibur, dan tak akan bertahan lama. Lihatlah para
pemilik kebun yang awalnya sangat bahagia dan mereka yakin akan memetik
hasilnya esok pagi. Namun mereka lupa bahwa semua itu adalah milik Allah. Dan ayat
selanjutnya membuat kita tahu apa yang terjadi setelahnya, Allah memberikan balasan
atas keserakahan dan ‘cara mereka yang salah’. Subhanallaah, Maha Suci Allah
atas segala hal yang tidak menjadi sifat-Nya.
Saya mengerti, sekalipun kini kita berdiri di
padang pasir yang begitu tandus. Tak kan ada yang bisa mencegah hujan turun
dengan lebatnya bahkan salju empat musim, jika Allah telah mentakdirkan itu
semua. Satu lagi, usaha-doa-syukur-sabar-tawakkal.
Wallahu alam bis showab.
Komentar
Posting Komentar