Langsung ke konten utama

Shocking Month #2; Pelajaran Berharga dari Ayat-Mu



Terkadang atau selalu –bahkan- kita harus mengerti bahwa hidup nggak mungkin selalu ‘mulus’. Alhamdulillaah Allah menyadarkan saya dengan nilai rapor yang cukup tidak memuaskan. Awalnya shock, bingung, dan bertanya ‘why did I get those scores?’. Saya baru sadar kalau saya nggak pernah punya niat untuk berbuat kesalahan di kelas, seperti kata pepatah ‘kalau kita berteman dengan penjual minyak wangi maka tubuh kita akan menjadi wangi pula’. That was being in my life (yesterday, yesterday not tomorrow insyaAllah). Sudahlah lupakan kebodohan di masa lalu. Tapi tenang Pak KPK, saya nggak mau korupsi meskipun sebiji sawi. #Njuk?

Keadaan ini sempat buat saya menurunkan standar buat masuk perguruan tinggi. Pesimis pasti ada karena nilai rapor semester ini yang paling menentukan. Tapi kalau dipikir-pikir buat apa kita berpesimis, bukankah Allah Maha Segalanya? Tanah yang tandus bisa menjadi subur dengan kehendak-Nya dan satu yang mungkin kita lupakan. Bahwa tanah yang subur dan siap akan dipanen oleh para pemiliknya esok pagi, bisa saja musnah dalam sekejap atas kehendak-Nya.

Allah ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Qalam ayat 17-33 yang artinya
17. Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akanmemetik (hasil)nya di pagi hari,
18. Dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin),
19. Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur,
20. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.
21. Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari:
22. "Pergilah diwaktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya".
23. Maka Pergilah mereka saling berbisik-bisik.
24. "Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu".
25. Dan Berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) Padahal mereka (menolongnya).
26. Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan),
27. Bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)".
28. Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?"
29. Mereka mengucapkan: "Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang zalim".
30. Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela.
31. Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita; Sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas".
32. Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; Sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dati Tuhan kita.
33. Seperti Itulah azab (dunia). dan Sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.


MasyaAllah! Andaikan saja setiap mereka yang berniat untuk melakukan korupsi -atau apa itu namanya- lalu membaca surat ini, sungguh mereka akan sadar bahwa hal yang akan mereka lakukan adalah perbuatan yang sia-sia. Ketika kita mempunyai suatu hasil yang memuaskan tetapi tanpa didasari rasa syukur, ikhlas, apalagi dengan cara yang tidak baik. Kebahagiaan hanya akan menjadi awal yang menghibur, dan tak akan bertahan lama. Lihatlah para pemilik kebun yang awalnya sangat bahagia dan mereka yakin akan memetik hasilnya esok pagi. Namun mereka lupa bahwa semua itu adalah milik Allah. Dan ayat selanjutnya membuat kita tahu apa yang terjadi setelahnya, Allah memberikan balasan atas keserakahan dan ‘cara mereka yang salah’. Subhanallaah, Maha Suci Allah atas segala hal yang tidak menjadi sifat-Nya.

Saya mengerti, sekalipun kini kita berdiri di padang pasir yang begitu tandus. Tak kan ada yang bisa mencegah hujan turun dengan lebatnya bahkan salju empat musim, jika Allah telah mentakdirkan itu semua. Satu lagi, usaha-doa-syukur-sabar-tawakkal.

Wallahu alam bis showab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Celupkan Jarimu Ke Air Lautan (Taufiq Ismail)

Bertanya seseorang pada junjungan kita; Wahai Rasulullah tercinta Bandingkan dunia kini dengan akhirat nanti Menjawab Rasulullah Sallallahu’alaihiwassalam; Celupkan jarimu ke air lautan Air yang menetes dari ujung jarimu Itulah dunia seisinya Air yang selebihnya di lautan Air yang seluruh di samudra Itulah akhirat nanti Wahai alangkah kecil arti dunia Wahai alangkah kerdil arti dunia Wahai alangkah remeh arti dunia Wahai alangkah wahai Tak berartinya dunia Yang mengejar akhirat Akan mendapatkan akhirat dan dunia Yang mengejar dunia Cuma mendapat dunia

Komik Anti Pacaran

Ini komik recommended banget! Baca aja pasti semakin mantep buat nggak pacaran, yang udah terlanjur masih ada kesempatan kok untuk memperbaiki diri :) Taken from  http://www.ngomik.com/chapter/20536/masihkah-ingin-pacaran/read?page=1 Klik gambar untuk memperbesar.