Terkadang atau selalu –bahkan- kita harus mengerti bahwa hidup nggak mungkin selalu ‘mulus’. Alhamdulillaah Allah menyadarkan saya dengan nilai rapor yang cukup tidak memuaskan. Awalnya shock, bingung, dan bertanya ‘why did I get those scores?’. Saya baru sadar kalau saya nggak pernah punya niat untuk berbuat kesalahan di kelas, seperti kata pepatah ‘kalau kita berteman dengan penjual minyak wangi maka tubuh kita akan menjadi wangi pula’. That was being in my life (yesterday, yesterday not tomorrow insyaAllah). Sudahlah lupakan kebodohan di masa lalu. Tapi tenang Pak KPK, saya nggak mau korupsi meskipun sebiji sawi. #Njuk? Keadaan ini sempat buat saya menurunkan standar buat masuk perguruan tinggi. Pesimis pasti ada karena nilai rapor semester ini yang paling menentukan. Tapi kalau dipikir-pikir buat apa kita berpesimis, bukankah Allah Maha Segalanya? Tanah yang tandus bisa menjadi subur dengan kehendak-Nya dan satu yang mungkin kita lupakan. Bahwa tanah yang subur dan siap...
Pahitnya dunia, manisnya akhirat